Tuesday, July 20, 2010

Dunia Desain Apakah Kreatif? Pt. 1

Pekerjaan kreatif di Indonesia mungkin bagi masyarakat awam terlihat sebagai sebuah profesi yang sangat menarik, santai, dan keren. Entah profesi itu sebagai seniman, desainer, atau kriawan, daya tarik terhadap dunia kreatif mampu membuat banyak lulusan sekolah menengah atas berbondong-bondong ingin memasuki lembaga-lembaga pendidikan yang mengarahkan mereka pada dunia tersebut, setiap tahun ajaran baru dimulai. Sayang sekali, bisa dibilang sedikit yang mereka ketahui tentang profesi-profesi itu ketika mereka baru masuk kuliah, dan tidak banyak pula yang mereka telah pelajari tentang profesi-profesi tersebut setelah lulus.

Dunia desain di Indonesia, secara khusus, adalah sebuah dunia yang pelik dengan masalah. Banyak infrastruktur di negara kita yang kurang mendukung perkembangan dunia tersebut. Perlindungan hak intelektual, misalnya. Belum adanya organisasi profesi yang cukup kompak menentukan standar harga, etika berbisnis, dan perlindungan hukum terhadap desainer-desainernya. Industri yang memandang rendah kontribusi desain dibanding profesi-profesi lain yang lebih bersifat eksakta. Tapi yang paling buruk adalah, rendahnya harga diri desainer-desainer yang menggeluti dunia (yang katanya) kreatif tersebut.

Beban paling besar yang ada dalam benak seorang desainer adalah beban ekonomi. Tentunya hal ini juga dirasakan oleh profesi-profesi lain, dari tukang baso sampai pejabat eksekutif sebuah perusahaan. Siapa sih yang tidak bekerja untuk uang? Meskipun kita bekerja untuk kepuasan diri saja, selalu ada uang yang terlibat disitu. Entah kecil maupun besar. Tetapi seberapa putus asa kah seorang desainer dalam mencari uang? Bila pembaca adalah seorang yang mengaku desainer, silakan jawab sendiri. Tetapi secara sadar maupun tidak sadar, ada kecenderungan bahwa desainer-desainer Indonesia memiliki semacam inferiority complex dalam menggeluti bidangnya.

Hal ini tentunya bisa datang dari berbagai faktor. Desain sendiri sering dianggap sebagai sebuah profesi yang mudah dipelajari, meskipun tanpa kuliah. Kuliah pun tidak harus yang mahal-mahal atau belajar lama sampai hampir lima tahun, kursus pun jadi. Pemikiran ini pula yang menghasilkan begitu banyaknya desainer-desainer ototidak atau non-S1 di lapangan kerja Indonesia saat ini. Apakah kemunculan desainer-desainer semacam itu salah? Tentu tidak, karena dimana ada demand disitu ada supply. Industri memang membutuhkan pekerja-pekerja desain, tetapi yang kita tidak sadari adalah industri membutuhkan mereka hanya dalam kapasitas kreatif dan tingkat gaji yang rendah. Bagi industri, desainer sebagai profesi kreatif tidak dibutuhkan dalam jumlah banyak. Pengertian ‘desainer’ di mata industri hanyalah sampai pada siapapun yang memiliki skill dalam program-program desain. Ini adalah kenyataan yang sering luput dari benak orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan desain. Tidak semua orang yang memiliki pengetahuan desain adalah desainer, karena desain membutuhkan pemahaman yang lebih daripada pengetahuan teknis. Desain butuh kreativitas. Dunia kreatif, sebagai kodratnya aslinya, adalah sebuah industri tersendiri.

Profesi kreatif seharusnya tidak berada dalam sistem industri sebagaimana yang kita tahu saat ini. Kreativitas tidaklah digunakan untuk menghasilkan jasa, tetapi menghasilkan produk. Kreativitas bukan berfungsi untuk untuk menunjang industri, melainkan kebalikannya. Industri harus menunjang kreativitas, karena kreativitaslah yang menghasilkan produk untuk diproduksi dan dijual oleh industri. Analoginya, kreatifitas adalah mata air yang selalu mengalir, desain adalah pipa air yang menyalurkannya, sedangkan industri adalah pihak yang menjual air tersebut pada warga. Desain menunjang kreativitas, dan industri memanfaatkannya.

Andaikan Anda seorang desainer yang diharapkan terus mengeluakan ide kreatif. Berapa harga kreativitas tersebut? Murah? Mahal? Relatif. Hanya dengan mengetahui seberapa kreatif kita lah kita bisa mengetahui harga kreativitas tersebut. Semakin mudah kita mengeluarkan ide yang kreatif, semakin mahal semestinya kita sebagai desainer. Karena desainer, mungkin di mana-mana kecuali di Indonesia, dibayar per jam. Satu orang yang bisa menghasilkan dua ide kreatif dalam satu jam, dengan orang lain yang bisa menghasilkan lima per jam. Mana yang seharusnya lebih mahal gajinya?

Bersambung.

Friday, July 9, 2010

A new start


Well, apparently I have a blog. Since 2007, even. I guess I'm not much of a blogger, since I only made two posts, both retarded, and one draft that was so bad I couldn't even finish writing it. So now I'm making a new start with this, and hopefully I can post things less retarded this time around. I'll probably just going to post my art stuff and some random thoughts about design, illustration, and cartooning in Indonesia, through my own perspective as an aspiring artist/designer/illustrator/nerd. Above is a sample of my art, and I'll be posting more for your visual torment. Well, that's the plan anyway.

PS: Oh, Kiki, sorry I deleted your one and only comment on this blog along with the entry. The post just gotta go... T_T